Jakarta, Senin
|
Senyum Mona Lisa masih menyisakan misteri, tapi bagaimana suara gadis cantik dalam lukisan itu dapat didengarkan orang di seluruh dunia. Tentu saja bukan suara aslinya, namun pakar forensik di Jepang baru-baru ini membangkitkan suara Mona Lisa dengan teknik simulasi.
Matzumi Suzuki, seorang ilmuwan forensik yang menguasai analisis suara dan akustik mengatakan bahwa dirinya telah merekonstruksi suara Mona Lisa, termasuk pelukisnya Leonardo da Vinci. Proyek ini merupakan bagian dari promosi film Da Vinci Code yang sedang diputar di Jepang dan seluruh dunia.
Suzuki adalah salah satu penerima Penghargaan Penghargaan Nobel Ig Perdamaian pada 2002. Penghargaan Nobel Ig diselenggarakan oleh majalah Annals and Improbable Research setiap tahun di Universitas Harvard untuk penelitian-penelitian yang membuat orang tertawa sebelum berpikir.
Waktu itu, ia memperkenalkan Bow-Lingual, alat penerjemah bahasa anjing ke manusia, agar hubungan kedua makhluk hidup lebih harmonis. Rekonstruksi suara Mona Lisa adalah salah satu proyek unik menggunakan teknik simulasi suara yang sudah dikembangkannya.
"Biasanya, kami menggunakannya pada penelitian yang berhubungan dengan kriminalitas. Kami mereka ulang suara seseorang dari karakteristik fisik, gaya hidup, dialek, dan lainnya," kata Suzuki. Meskipun demikian, perusahaannya Japan Acoustic Lab. juga diminta membangkitkan suara orang-orang yang berpengaruh dalam sejarah. Permintaan untuk merekayasa suara Mona Lisa dan Da Vinci diakuinya sebagai sesuatu yang di luar kebiasaan.
Untuk Mona Lisa, para peneliti di laboratorium memanfaatkan foto lukisan Mona Lisa untuk memperoleh detil wajahnya dan tangannya. Mereka menggunakan data-data ini untuk merekonstruksi bentuk kerangkanya dan memperkirakan tingginya. Hasil pengukuran memprediksi tinggi Mona Lisa sekitar 1,62 meter.
Data-data tersebut kemudian diolah dengan program simulasi suara untuk memodelkan pita suara dan organ lain yang berperan dalam pengucapan. Seorang penutur asli bahasa Italia juga dilibatkan untuk membantu para peneliti menentukan intonasi suara yang tepat. Meskipun demikian, masih belum dapat dipastikan apakah pengucapan bahasa seorang Italia sama dengan suara Mona Lisa sebenarnya.
Sedangkan untuk membangkitkan suara Da Vinci, para peneliti di laboratorium menggunakan lukisan dirinya. Pekerjaan ini relatif lebih sulit sebab jenggot da Vinci panjang sehingga banyak menutupi raut mukanya. Suara yang dihasilkan dari simulasi dapat didengarkan pada situs Microsoft versi Jepang yang menjadi pusat promosi film misteri dari novel Da Vinci Code karangan Dan Brown.
"Nama saya Mona Lisa. Identitas nyata diri saya masih misterius, sebagian mengatakan saya adalah Mary Magdalena istri Giocondo, Isabela d’Este ibunda Leonardo da Vinci, dan sebagian mengatakan bahwa saya adalah Leonardo itu sendiri," katanya.
Lukisan Mona Lisa dibuat pada 1503 dan saat ini tergantung di Museum Louvre, Paris, Perancis. Pembuatan lukisan itu juga dikenal dengan proyek La Giocondo yang diduga menggambarkan istri Fransesco del Giocondo. Namun, La Giocondo juga berarti wanita periang dalam bahasa Italia.
"Hanya satu yang dapat saya katakan bahwa saya adalah wanita paling dicintai di seluruh dunia dengan senyum yang penuh misteri," imbuhnya. Suara Mona Lisa hasil simulasi terdengar dari rongga mulut bagian dalam namun tidak parau. Begitu pula suara da Vinci, meskipun lebih sengau.
Sumber: | AP |
Penulis: | Wah ( kompas) |
No comments:
Post a Comment